Perang khaibar
Khaibar terletak
sekitar 100 km dari syam. Kota ini terkenal dengan benteng-bentengnya yang
menjulang tinggi dan sawah sawahnya yang subur.
Khaibar adalah
daerah yang ditempati oleh kaum Yahudi setelah diusir Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dari
Madinah tatkala mereka melanggar perjanian damai. Di sana mereka menyusun makar
untuk melampiaskan dendamnya terhadap Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, Islam, dan kaum muslimin.
Dendam Yahudi memang telah menumpuk; mulai terusirnya Bani
Qainuqa, Bani Nadhir, terbunuhnya dua tokoh mereka, hingga pembantaian terhadap
Bani Quraizhah dan sejumlah tokoh mereka yang dibunuh oleh kaum muslimin.
Telah lewat pembahasan bahwa kaum Yahudi adalah penggerak pasukan
Ahzab pada Perang Khandaq. Ini berarti kali yang keempat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam memerangi
umat Yahudi agar kita mengetahui bagaimana sejarah hitam umat Yahudi dan dendam
mereka yang sangat mendalam terhadap Islam.
Adapun sebab
terjadinya perang adalah, nabi muhammad ingin menghukum orang orang yahudi yang
dulu telah menyerang kaum muslimin ketika perang khandaq.
Kemudian,
rasulullah saw. menyuruh para sahabat yang ingin ikut, bersiap siap untuk
melaksanakan perang. Dan diakhir muharram tahun ke-7 H nabi bersama para sahabat
yang jumlahnya 1400 orang berangkat menemui mereka.
Setelah
keberangkatan kaum muslimin, pemimpin munafiqin yaitu abdullah bin ubay bin
salul mengutus seseorang agar memberitahukan kedatangan nabi dan pasukannya
yang sedang berangkat menuju khaibar dan dia juga menyuruh mereka untuk
memerangi kaum muslimin. Ketika pasukan yahudi tahu kabar tersebut, mereka
minta bantuan dari penduduk ghatfan untuk menyerang muslimin. Sebagai
imbalannya mereka akan dikasih setengah hasil panen.
Ketika
diperjalanan, ternyata pasukan muslimin meniti jalan menuju ghatfan seolah olah
mereka ingin menyerang ghatfan. Dan posisi pasukan ghatfan sudah berada
dikhaibar ketika mereka tahu berita kedatangan pasukan muslim ke daerahnya.
Sontak merekapun langsung kembali ke ghatfan karena takut pasukan muslim
menyerang daerahnya.
Setelah berhasil
menipu ghatfan, pasukan muslimpun berubah haluan, mereka meniti jalan menuju
khaibar. Dari tabiat rasulullah saw. ketika berperang adalah menunggu sampai
subuh, maka pada malam harinya ia tidur dipinggiran khaibar sedang orang yahudi
tidak mengetahuinya. dipagi harinya, rasulullah berangkat menuju mereka dan
bertemu petani yang hendak berangkat kesawah. Merekapun berteriak “muhammad dan
pasukannya” sambil lari kabur. Rasulullah berkata: “allahu akbar, hancurlah khaibar, sesungguhnya ketika kita
mendengar teriakan mereka maka hancurlah ia.”
Kaum muslimin menyerang dan mengepung benteng-benteng Yahudi,
tetapi sebagian sahabat pembawa bendera perang tidak berhasil menguasai dan
mengalahkan mereka hinga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Besok akan kuserahkan bendera perang kepada seseorang yang Allah
dan Rasul-Nya mencintai dan dia pun mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan
memenangkan kaum muslimin lewat tangannya.” Maka para sahabat
bergembira dengan kabar ini dan semua berharap agar bendera tersebut akan
diserahkan kepadanya, hingga Umar radhiallahu ‘anhu berkata, “Aku tidak pernah
menginginkan kebesaran, kecuali pada Perang Khaibar.”
Pada pagi hari itu para sahabat bergegas untuk berkumpul di
hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Masing-masing berharap akan diserahi bendera komando. Akan tetapi, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya,
“Dimanakah Ali?” Meraka menjawab,
“Dia sedang sakit mata, sekarang berada di perkemahannya.” Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam mengatakan,
“Panggillah dia.” Maka mereka
memanggilnya. Ali radhiallahu ‘anhu datang dalam keadaan sakit mata (trahom), lalu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam meludahi matanya dan sembuh seketika,
seakan-akan tidak pernah merasakan sakit. Beliau menyerahkan bendera perang dan
berwasiat kepadanya, “Ajaklah
mereka kepada Islam sebelum engkau memerangi mereka. Sebab, demi Allah,
seandainya Allah memberi hidayah seorang di antara mereka lewat tanganmu maka
sungguh itu lebih baik bagimu dari pada onta merah (harta bangsa Arab yang
paling mewah ketika itu).” (Muslim)
Perang Tanding
Tatkala berlangsung pengepungan benteng-benteng Yahudi, tiba-tiba
pahlawan andalan mereka bernama Marhab menantang dan mengajak sahabat untuk
perang tanding. Amir bin Akwa radhiallahu ‘anhumelawannya dan
beliau terbunuh mati syahid. Lalu Ali radhiallahu ‘anhu melawannya hingga membunuhnya dan
menyebabkan runtuhnya mental kaum Yahudi dan sebagai sebab kekalahan mereka.
Benteng Khaibar terdiri dari tiga lapis, dan masing-masing terdiri
atas tiga benteng. Kaum muslimin memerangi dan menguasai benteng demi benteng.
Setiap kali Yahudi kalah dari pertahanan pada satu benteng, mereka berlindung
dan berperang dalam benteng lainnya hingga kemenagan mutlak berada di tangan
kaum muslimin.
Korban Perang
Dalam peperangan ini terbunuh dari kaum Yahudi puluhan orang,
sedang wanita dan anak-anak ditawan. Termasuk dalam tawanan adalah Shofiyah
binti Huyai yang jatuh di tangan Dihyah al-Kalbi lalu dibeli oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam darinya.
Beliau mengajaknya masuk Islam lalu menikahinya dengan mahar memerdekakannya.
Adapun yang mati syahid dari kaum muslimin sebanyak belasan orang.
Di antara yang mati syahid adalah seorang badui yang datang dan
masuk Islam dan memohon kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk hijrah dan tatkala Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallammemperoleh rampasan Perang Khaibar maka beliau
memberinya bagian, tetapi dia berkata, “Wahai Rasulullah, aku mengikutimu bukan
untuk tujuan ini, melainkan agar aku terkena panah di sini (sambil memberi
isyarat pada lehernya) sehingga aku masuk surga.” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallammengatakan, “Jika kamu
jujur kepada Allah maka pasti Allah buktikan.” Tidak lama kemudian
jenazahnya dibawa kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan terluka pada tempat yang
dia isyaratkan sebelumnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Orang ini jujur kepada Allah. Oleh karenanya,
Allah memenuhi niatnya yang baik.” Lalu beliau mengafaninya dan
memakamkannya. (Mushonnaf Abdurrozaq dengan sanad yang
baik, 5:276)
Daging Beracun
Kaum Yahudi tidak pernah dan tidak akan berhenti dari makar buruk
terhadap Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Islam karena tabiat mereka,
sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam Alquran:
“Mereka mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa hak.”
(QS. Ali Imron: 112)
Tatkala mereka kalah dari Perang Khaibar dan beberapa kali upaya untuk
membunuh Rasulullahshallallahu
‘alaihi wa sallam gagal,
maka mereka bermaksud untuk membunuh beliau dengan siasat baru. Seorang wanita
Yahudi berperan besar dalam makar buruk ini, yaitu memberi hadiah berupa
menyuguhkan hidangan daging kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menyisipkan racun yang banyak
padanya.
Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memakan, daging tersebut mengabari
beliau bahwa ia beracun. Maka beliau memuntahkannya. Ini merupakan mukjizat
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamyang
lebih mulia daripada mukjizat Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang memahami bahasa semut sebab ia
makhluk hidup yang bernyawa memiiki mulut untuk berbicara, sedangkan sepotong
daging tersebut sebagai makhluk yang mati bahkan telah matang dipanggang dengan
api.
Adapun Bisri bin Baru radhiallahu ‘anhu, yang ikut
makan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
meninggal dunia karena racun tersebut. Sebab itu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallammembunuh wanita ini sebagai qishosh.
Perdamaian
Setelah umat Yahudi kalah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermaksud untuk mengusir mereka dari
Khaibar. Akan tetapi mereka memohon kepada beliau agar membiarkan mereka
mengurusi pertanian dengan perjanjian bagi hasil, maka Rasulullah menerima
permohonan itu dengan syarat kapan saja beliau menghendaki maka beliau berhak
untuk mengusir mereka. Hingga akhirnya mereka diusir oleh Umar bin Khaththab di
zaman kekhalifahannya setelah beberapa kali mereka berbuat kejahatan terhadap
kaum muslimin.
Pembagian Rampasan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membagi rampasan perang kepada sahabat
yang ikut perang yang berjumlah 1400 orang. Namun, seusai perang ini para
rombongan Muhajirin berjumlah 53 orang dari Habasyah yang dipimpin oleh Ja’far
bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu datang dan bertemu Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam di Khaibar. Beliau sangat gembira
dengan kedatangan mereka. Beliau merangkul Ja’far radhiallahu
‘anhu serta
menciumnya seraya bersabda, “Aku tidak
mengetahui apakah aku bergembira karena menang dari Khaibar ataukah karena
kedatangan rombongan Ja’far.” (Shahih Abu Dawud: 5220)
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi mereka bagian dari rampasan
perang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memberi bagian kepada Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu dan beberapa orang dari suku Daus yang
baru datang dalam keadaan Islam. Semua ini beliau lakukan dengan izin dan
keikhlasan dari sahabat yang ikut Perang Khaibar dan karena mereka ini
terhalang oleh udzur, jika tidak maka pasti mereka akan ikut berperang.
makasih stadz
BalasHapus