Kamis, 10 September 2015

Liqo1 VIII: Isra dan mi'raj

Isra dan mi’raj
Isra adalah hadiah perjalanan dari masjidil haram (mekkah) menuju masjidil aqsha (madinah) yang allah berikan kepada rasulullah saw untuk menghibur dirinya.
Mi’raj adalah naiknya rasulullah saw. dari masjidil aqsha menuju langit ke-7 dan sampai ke sidratul muntaha. Dan peristiwa isra mi’raj ini, semuanya terjadi dalam waktu satu malam saja.
Peristiwa isra mi’raj ini terjadi pada tahun ke-10 setelah kenabian. Dan diceritakan pula, bahwa peristiwa isra mi’raj ini melibatkan jasmani dan rohani rasulullah sehingga ini adalah salah satu  mu’jizat nabi muhammad saw yang allah muliakan.
Imam muslim meriwayatkan: dari anas bin malik bahwa rasulullah saw. bersabda, “aku diberi buraq, dia hewan berkaki empat seperti keledai dan bighal (persilangan antara kuda dan keledai) kemudian ia merunduk seolah mempersilahkan aku untuk menungganginya, maka akupun menungganginya sampai ke masjidil aqsha. Kemudian aku turun dan Aku mengikatnya dengan tali yang biasa dipakai mengikat hewan oleh nabi nabi sebelum aku. Kemudian, aku masuk masjid dan melaksanakan shalat dua rakaat. Setelah itu, aku keluar dan datanglah jibril as kepadaku menawarkan segelas arak dan segelas susu. Kemudian aku memilih susu, dan jibril berkata: “engkau telah memilih kesucian. Lantas kami pun naik kelangit pertama.” Jibril minta dibukakan pintu maka ada yang menjawab: “siapakah kamu?” “aku jibril” jawabnya. “Dan siapa yang bersamamu” tanya orang tersebut. Jibril berkata: “Ini muhammad.” Dia bertanya “apakah dia telah diutus menjadi nabi.” ” Ya” jawab jibril. Maka ketika pintu dibuka, ternyata disana adalah nabi adam as. Ia pun menjamuku dan mendoakan kebaikan kepadaku. Lantas akupun langsung naik kelangit ke-2. Disana terjadi percakapan yang sama antara jibril dengan penghuni langit ke-2. Setelah dibuka ternyata langit itu dihuni oleh nabi isa as dan yahya bin zakaria merekapun menjamuku juga dan mendoakan kebaikan kepadaku. Selanjutnya aku naik kelangit ke-3 dan disana aku bertemu dengan nabi yusuf as. Yang mengenakan baju sangat indah. Ia pun sama sama menjamuku  dan mendoakan kebaikan kepadaku. Setelah itu aku langsung menuju kelangit ke-4 dan bertemu dengan nabi idris as. Ia pun memperlakukanku seperti nabi nabi sebelumnya. Dan akupun melanjutkan perjalanan menuju langit ke-5. Disana dihuni oleh nabi harun as. Akupun naik kelangit ke-6 dan bertemu dengan nabi musa as. Sampai akupun naik kelangit ke-7 dan bertemu dengan nabi ibrahim as. Yang sedang duduk bersandar di baitul ma’mur (rumah ketentraman). Yang setiap harinya sekitar 70.000 malaikat masuk mengunjungi dan enggan untuk keluar pulang. Setelah itu, jibril as mengajakku menuju sidratul muntaha bentuknya seperti pohon yang daunnya bagaikan telinga gajah dan buahnya laksana qilal. Rasul berkata: “ketika ia disiram atas kekuasaan-Nya maka tidak ada yang mampu melakukannya selain allah dan tidak ada satu makhlukpun yang mampu mendeskripsikan keindahannya.”
Kemudian allah memberiku wahyu dan memerintahkan aku agar melaksanakan shalat 50 waktu sehari semalam. Setelah aku mengemban perintahnya, akupun turun dan bertemu dengan musa as. Ia berkata: “apa yang allah wajibkan kepadamu?”. Aku menjawab, “shalat 50 waktu.” “kembali temui tuhanmu dan mintalah keringanan padanya karena umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya.” Perintah musa as. Akupun kembali menemui allah swt. dan meminta keringanan kepadanya, setelah itu allah memangkas jumlah shalat sebanyak 5 waktu. Dan musa pun masih menyuruhku untuk meminta keringanan pada allah, karena ia yakin bahwa umatku tidak akan sanggup untuk melaksanakannya. Maka aku pun bolak-balik dari tempat musa menuju allah swt. sampai allah berkata: “sesunguhnya bagimu 5 waktu shalat, dan setiap satu waktu diibaratkan dengan 10 waktu. Maka hitungannya sama dengan 50 waktu. Siapa saja yang berniat melaksanakan kebaikan kemudian belum mengamalkannya, dituliskan biginya satu kebaikan. Dan jika ia mengamalkannya maka ditulis sepuluh kebaikan. Dan siapa saja yang berniat melakukan keburukan. Kemudian belum mengamalkannya, maka tidak akan ditulis sebagai keburukan. Tetapi, jika ia mengamalkannya, ditulislah satu keburukan.” Kemudian aku turun menemui musa dan memberitahukan apa yang terjadi. Musa berkata: “ kembalilah pada allah dan mintalah keringanan padanya.” Rasul menjawab: “aku telah kembali pada allah sampai merasa malu padanya.”
Pada pagi hari selanjutnya, rasulullah menceritakan apa yang dialaminya kepada semua manusia. Orang-orang musyrikpun berbincang satu sama lain dan mentertawakan kabar yang menggelikan ini. Bahkan diantara mereka, ada yang menantang untuk menerangkan kondisi baitul maqdis seandainya ia sudah mengunjungi dan shalat didalamnya. Ketika itu, rasulpun bingung. Karena ia tidak sempat memperhatikan bentuk, sudut dan rupa dari baitul maqdis. Kemudian allah hadirkan kembali baitul maqdis dalam pandangannya dan iapun bisa menjawab pertanyaan orang musyrik dengan mudah.
Kemudian datanglah kaum musyrikin kepada abu bakar sambil menceritakan rasulullah dan berharap agar abu bakar tidak mempercayainya. Abu bakar berkata: “seandainya dia berbicara seperti itu, maka itu adalah benar. Karena aku telah membenarkannya jauh-jauh hari” maka rasul pun memberikan gelar as shidiq pada abu bakar.
Dipagi hari setelah peristiwa isra mi’raj, jibril mengajarkan tatacara dan waktu shalat kepada rasulullah saw. dan ternyata, sebelum disyariatkannya shalat 5 waktu rasulullah pun melaksanakan shalat dua rakaat pada pagi hari dan sore hari.
Intisari materi:
1.       Hubungan erat antara masjidil haram dan masjidil aqsha. Keduanya merupakan tempat yang disucikan oleh kaum muslimin, dan melindunginya sama dengan melindungi agama islam seutuhnya. Wajib bagi seluruh muslim dibelahan dunia untuk peduli dan menjaga semampunya. Seandainya acuh terhadap dua tempat yang mulia ini, hakikatnya sama dengan mengacuhkan islam sendiri dan dosa bagi semua orang mu’min.

2.       Mengenai perintah wajibnya shalat pada malam isra mi’raj, adalah tanda dari urgent atau pentingnya ibadah ini. Karena shalat merupakan ibadah yang diperintah allah secara langsung, tanpa melalui perantara jibril. Tidak seperti ibadah-ibadah yang lain.